Air Mata Taubatmu, Duhai Jiwa Keropos Iman
By:Yulianna
Pendamba Surga
Penulis Cerpen Cerpen "Cahaya Ilahi Dari Gaza Untuk
Insan Ateis"
Wanita muda itu terlihat kusut dan
lusuh. Air matanya terus berjatuhan, isaknya sangat memilukan, pekat batinnya
terpancar dari wajahnya yang penuh beban. Semua penyesalannya ditumpahkan di
hadapanku.
Dia masih sangat muda, belum genap
tiga puluh tahun usianya, pernah terjatuh dan menduakan Allah serta bermaksiat.
Kini nuraninya tersadar, menggedor-gedor pintu hatinya agar bertaubat.
“Aku sungguh hina dan buruk, masa
lalu yang penuh kejahiliyahan, menduakan-Nya, dan meninggalkan segala
perintah-Nya,” jeritnya lirih.
Kubiarkan wanita muda itu menangis
beberapa menit. Setelah agak tenang, kubacakan ayat indah dari Sang Ghaffar
padanya.
“Janganlah kamu bersikap lemah,
dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, sesungguhnya kamulah orang-orang yang
paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang beriman” (Ali
Imran 139)
“Apakah aku harus mati saja saat
ini?” Tanyanya pilu, seakan ayat yang kusebutkan belum mampu menenangkan
batinnya yang porak-poranda.
“Kematian adalah sesuatu yang
pasti, namun matilah dengan cara yang Allah ridhai. Simaklah firman-Nya dalam
surat An-Nisa’ ayat 78: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapati
kamu, meskipun kamu di dalam benteng yang tinggi dan kokoh,” kucoba memotivasinya.
“Otak ini telah beku, dihimpit
rasa yang menusuk-nusuk. Aku benar-benar putus asa dengan hidupku,” keluhnya
lagi dalam tangis.
Beberapa saat kemudian, kucoba
menenangkan agar tangisnya sedikit reda. “Sesungguhnya, tiada berputus asa dari
Rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir,” ujarku mengutip surat Yusuf ayat 87.
Tangisnya terdiam sesaat, namun
benteng hatinya tak cukup kokoh menahan gejolak jiwanya. “Apakah Allah akan
mengampuni dosaku yang seluas samudera?” keluhnya lagi.
“Duhai jiwa, ketahuilah janji-Nya
dalam ayat-ayat cinta yang indah: ‘Dan Dialah yang menerima taubat
hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu
kerjakan.’ Itulah janji Allah dalam surat Asy-Syura ayat 25, wahai jiwa yang
renta, apakah engkau memahaminya?” tanyaku padanya.
Lagi-lagi dia sesenggukan dalam
tangis panjang, nuraninya mengajak pada kebenaran, hidayah-Nya meresap dengan
pelan dalam lubuk hati.
“Duhai jiwa, sebuah hadits dari
sang kekasih Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, begini
sabdanya, “Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba selama nyawa belum sampai
di kerongkongan.” Adakah engkau meyakininya?” ujarku memotivasi.
Dia tampak manggut-manggut
mendengar penjelasanku, wajahnya sedikit berubah, air matanya tidak separah
sebelumnya. “Nasihati aku satu ayat lagi,” pintanya.
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku
yang melampaui batas pada diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa
dari Rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” jawabku sambil
menyitir surat Az Zumar ayat 153.
Dia terdiam, tangisnya pelan-pelan
reda, wajahnya terlihat cerah, menyala optimis jiwanya.
“Aku akan menjemput taubat pada
Rabb yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang,” bisik wanita muda itu penuh tekad
kuat di depanku.
Aku pun larut dalam tangis hening,
aura kesyukuran bergurat lembut dalam hati, menyaksikan hamba yang sedang
berusaha mendekat-Nya.
“Berkah Allah atasmu wahai jiwa
yang sedang menuju kesucian taubat,” doaku lirih.
Duhai jiwa
yang keropos imannya
Saatnya engkau bangkit dari keterlenaan dunia
Rengkuh iman yang dulu menyala di dada
Diri yang penuh lumpur dosa dan nista
Butuhkan suntikan religi membara
Reguk manisnya sujud cinta
Di atas taubatan nashuha.
Saatnya engkau bangkit dari keterlenaan dunia
Rengkuh iman yang dulu menyala di dada
Diri yang penuh lumpur dosa dan nista
Butuhkan suntikan religi membara
Reguk manisnya sujud cinta
Di atas taubatan nashuha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar